RIWAYAT
SINGKAT DATU KANDANG HAJI PENYEBAR AGAMA
ISLAM
DI KALIMANTAN SELATAN KECAMATAN JUAI KABUPATEN BALANGAN PADA TAHUN 223 SM.
v
Riwayat
singkat datu kandang Haji
Tersebutlah
di daerah dataran tinggi Balangan, satu Desa yang bernama Baluning, sekarang
daerah itu menjadi satu desa di kecamatan Juai dengan nama Mungkur Uyam.
Pada masa itu disana
para penduduknya masih menganut agama Hindu. Awalnya desa Baluning dibangun
oleh dua orang bersaudara dan delapan saudara sepupu. Merika masing-masing
mempunyai kelebihan atau keistimewaan . desa yang dibangun oleh para datu itu
pada masanya penuh dengan kedamaian, ketenteraman dan kesejahteraan. Hal itu
karena desa tersebut dibangun dan dibina oleh para datu yang bijak bestari.
Yang terkenal diantara para datu tersebut adalah Datu Surya Sakti Mangku Alam
atau Patih Bantar Alam, yang kisahnya akan diuraikan dalam buku ini. Ia
bersaudara kandung satu orang yang bijak bestari yaitu datu Intil.
Di samping kedua berdaudara tersebut,
merika dibantu oleh saudara sepupu merika yang juga para bijak bestari, yang
antara lain :
1.
Datu Limpai Susu
2.
Ayamah
3.
Gragampa Alam
4.
Surya Tadung Wani
5.
Satia Karsa
6.
Palumbaran
7.
Tamiyang
8.
Dayang Merak
Setelah membangun desa tersebut, para
datu hidup penuh dengan kerukunan dan keharmonisan dalam hidup bermasyrakat.
Merika hidup saling tolong-menolong antara satu dengan yang lainnya.hingga pada
suatu masa terjadi perselisihan diantara
para datu tersebut, di mana Datu Surya Sakti Mangku Alam atau Patih
Bantar Alam tersebut dikucilkan dari pergaulan masyarakat oleh para datu lainya.
Dari perselisihan tersebut, rupanya
datu mendapat hidayah dari Allah untuk memeluk agama Islam yang dimasa itu
masih sedikit pemeluknya di daerah
pedalaman Banjar bagian Utara itu. Dan beliau berniat untuk memperdalam
Agama Islam pada para ulama atau wali-wali yang hidup dizaman itu serta
meneruskan menuntut ilmu ke Mekkah Al-Mukarramah dalam waktu yang cukup lama.
Diriwayatkan bahwa beliau menuntut
ilmu di mekkah selama kurang lebih 50 tahun. Karena diwaktu beliau hidup
itu, untuk menempuh perjalanan menuju
mekkah itu cukup sulit dan memakan waktu yang cukup lama. Maka setelah beliau
selesai berhaji dan menuntut ilmu di Mekkah tertebut. Datu Surya Sakti Mangku
Alam itu berkata “ Aku Manghangkum ( mambatasi /mangandang; Bahasa banjar ) anak cucuku tujuh turunan
untuk Hajinya, maka merika tidak akan naik haji kecuali perjalanan mudah “
Setelah tiba saat yang direncanakan
kembali ketanah air untuk menyebarkan atau mendakwahkan agama Islam khususnya
di Daerah padalaman Banjar bagian Utara tempatnya di daerah tinggi Balangan,
Hulu Sungai Utara
Juga diceritakan, bahwa Datu Surya Sakti Mangku Alam atau
Patih Bantar Alam atau yang lebih
terkenal dengan sebutan” Datu Kandang Haji” setelah beliau masuk Islam dan sudah selesai mengerjakan haji serta
menuntut ilmu di Mekkah, beliau membawa benda-benda sebagai berikut :
1.
Tanah
2.
Cukmar/Senjata
3.
Petaka
4.
Al-Qur’an yang ditulis
dengan tangan.
5.
Jubah
6.
Surban
7.
Kupiah Palung
8.
Piring Malawen
9.
Tombak
10. Terompah
Dngan berkat Allah SWT, Datu
sampai keKalimantan dan kemudian terus ke Daerah Balangan. Setelah itu
meneruskan ke desa Paran lalu ke Desa Buntu Karau, dan setibanya disana hari
masih siang kemudian beliau meneruskan perjalanan menuju desa Juai, tiba di
desa Juai pada malam hari, kemudian meneruskan perjalanan ke desa Bangkal.
Sekian lama beliau berjalan mencari tanah yang sama dengan tanah yang
dibawa dari mekkah dan ditemukan
dimungkur Batu yang sama warna dan Baunya.
Setelah Datu Kandang haji menemukan tanah yang sama, datu berkata pada
anak cucunya di Bangkal “Apabila ajalku telah tiba ( wafat ), tolong kuburkan
( makamkan) aku ditanah
mungkur batu.
Selanjutnya
Datu merajah atau mewafak tanah dimungkur Batu itu. Setelah selesai
mewafak atau merajah Datu juga menitip
pesan kepada keturunannya serta kepada orang-orang yang ingin mencari azimat,
wafak atau rajah apa saja cukup meminta batu atau apa saja yang ada dimungkur
batu itu. Karena mungkur tersebut sudah diberi rajah oleh Datu kandang Haji.
Sekaligus mungkur tersebut di beri nama Mungkur Batu Wafak. Di sekitar mungkur
batu wafak terdapat pohon kayu penawar seribu yang akar kayunya dapat
dipergunakan untuk penyembuhan berbagai jenis penyakit dan penangkal ilmu
Hitam.
Setelah
memberi nama mungkur batu wafak tersebut, Datu Kandang Haji membangun sebuah
rumah di desa Bangkal yang sangat besar dan luas, konon pekarangannya sampai
meliputi beberapa wilayah. Adapun pekarangannya sebagai berikut :
1.
Tiang
satunya di Lulunan.
2.
Tiang
satunya lagi di Bamban Balang
3.
Tiang
satunya di Baruh daun.
4.
Tiang
satunya di Pajijian.
Itulah luas wilayah perumahan Datu Kandang haji di Desa Bangkal. Dan ada
juga salah satu saudara sepupu Datu yang
berkubur di Desa Bangkal yaitu Datu Palumbaran nama aslinya Sakarsa.
Komentar
Posting Komentar