Iklan

Iklan dalam feed

Resensi Buku Layar Terkembang

 

Judul

•Identitas Buku

•Intisari Buku

•Biografi Pengarang

•Kelebihan dan Kekurangan Buku

Judul Buku: Layar terkembang

Identitas Buku

   Judul=Layar terkembang

   Pengarang=Sutan Takdir Alisjahbana

    Tahun Terbit=Tahun 2000

     Tahun Cetak=- 1936

     Ketebalan=166 Halaman

     Nomor Edisi=-cet. 31

     Penerbit=Balai Pustaka

     Harga Buku=tidak di perjual belikan

     Ukuran buku=Panjang;20,7    Lebar;14,6

Intisari Buku

°Pada buku ini  pengarang menceritakan kehidupan dari seorang kakak dan adik yang bernama Tuti dan Maria. Mereka berdua adalah anak Raden Wiriaatmaja, bekas wedana di daerah Banten, yang pada ketika itu hidup dengan pensiunannya di Jakarta bersama kedua anaknya itu. Bundanya telah berpulang dulu dua tahun yang lalu sehingga tinggallah mereka bertiga.

Bermula  dengan pertemuan tiga tokoh utama yaitu Tuti, Maria, dan Yusuf di sebuah gedung aquarium di pasar ikan.  Yusuf merupakan seorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang saat itu tidak sengaja bertemu dengan kedua gadis tersebut Maria dan Tuti ketika ingin mengambil sepedanya karena sepedanya terletak dengan sepeda mereka.

Penulis menggambarkan sosok Maria seorang gadis yang mudah kagum, yang mudah memuji dan memuja. Sebelum selesai benar ia berpikir, ucapanya telah keluar menyatakan perasaan yang bergelora, baik waktu kegirangan maupun waktu kedukaan. Air mata dan gelak berselisih di mukanya sebagai siang dan malam. Sebentar ia iba semesra-mesranya dan sebentar berderau gelaknya yang segar oleh kegirangan hatinya yang remaja.

Sebaliknya dengan Tuti, ia bukan orang yang mudah kagum, yang mudah heran melihat sesuatu. Keinsafannya akan harga dirinya amat besar. Ia tahu bahwa ia pandai dan cakap serta banyak tahu yang akan dapat dikerjakannya dan dicapainya. Segala sesuatunya diukurnya dengan kecakapannya sendiri, sebab itu jarang memuji. Tentang apa saja ia mempunyai pikiran dan pemandangan sendiri dan segala buah pikirannya yang tetap itu berdasarkan pertimbangan yang disokong oleh keyakinan yang pasti. Jarang benar ia hendak lombar-lombar, turut-menurut dengan orang lain, apabila sesuatu tiada sesuai dengan kata hatinya. Tuti adalah guru dan juga seorang gadis pemikir yang berbicara seperlunya saja, aktif dalam perkumpulan dan memperjuangkan kemajuan atau cita-cita wanita.

 Seiring berjalannya waktu, mulai tumbuhlah benih cinta Yusuf pada Maria. Bahkan Yusuf rela mempersingkat waktu liburan bersama orang tuanya di Martapura untuk bertemu Maria di Bandung. Beberapa waktu kemudian Yusuf untuk pertama kalinya menyatakan cinta kepada Maria saat berjalan-jalan di air terjun Dago. Maria gembira sekali dan mengabarkan kejadian itu kepada Tuti. Melihat pekerti Maria yang berubah karena mabuk cinta dan sering melamun membuat Tuti tidak menyetujui hubungan mereka, karena hal tersebut mengakibatkan laki-laki akan memandang rendah kaum wantia karena terlalu memperlihatkan ketergantungannya.

Melihat kemesraan antara Yusuf dan Maria, perasaan aneh pun timbul di hatinya Tuti, yaitu kesepian. Hal ini dikarenakan pada dasarnya jiwa wanita membutuhkan rasa kasih dan sayang seorang laki-laki. Dan pendirian Tuti mulai goyah ketia Maria mengucapkan kalimat “cintamu cinta perdagangan yang mempertimbangkan sampai kepada semiligram”. Ucapan itu mengingatkan pada Hambali, mantan tunangannya dulu, yang dianggapnya tidak mengerti perjuangan dan akan menghalangi langkahnya.

Kisahnyapun  terus berlangsung dan tanpa disadari, hubungan Yusuf dan Maria mempengaruhi sikap Tuti seperti sering memikirkan diri sendiri dan melamun. Hal ini meninbulkan perasaan iri terhadap kebahagian mereka berdua. Suatu saat ada seorang pemuda yang hendak melamar Tuti tetapi ditolaknya karena menurutnya pemuda tersebut tidak sepadan denganya dan Tuti pun tidak mencintainya, sesuai dengan sifatnya. Tuti tidak ingin menjadikan pernikahan sebuah pelarian kesepian dan rasa takut dikejar oleh usianya.

 

Biografi Pengarang

°Sutan Takdir Alisjahbana dilahirkan di  Natal, 11 Februari 1908

Pendidikan:HIS ditempuh sejak 1915-1921.Tahun 1921-1925 Takdir menempuh pendidikan Kweekechool di Bukit Tinggi yang kemudian di lanjutkan ke Hogere Kweekschool di Bandung.Pada tahun 1937-1942 Takdir menjalani pendidikan di Fakultas Sastra di tempuhnya tahun 1940-1942.Pada tahun 1979 Takdir mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa untuk ilmu bahasa dari Universitas Indonesia dan pada tahun 1987 mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa untuk Ilmu sastra dari universitas Sains Malaysia.

 

Karya-karyanya :

Tak Putus Dirundung Malang,Dian yang tak kunjung Padam,Anak Perawan di Sarang Penyamun,Grotta Azzura,Tebaran Mega,Lagu Pemacu Ombak, Perempuan di Persimpangan Zaman,dan Kebangkitan.

Di samping karya-karya fiksi,Takdir juga menulis karya-karyanya nonfiksi yang antara lain adalah Kebangkitan Puisi Baru Indonesia, Perjuangan Tanggungjawab dalam Kesusastraan Indonesia,dan Amir Hamzah sebagai penyair dan Uraian Sejak Nyanyi Sunyi

Kelebihan dan Kekurangan Buku

Kelebihan Buku

- Alur yang ditulis sudah runtut mulai dari pengenalan,klimaks,antiklimaks,hingga penyelesaian.

- Cerita yang disuguhkan kepada pembaca sangat menarik.

- Isi dari bahasanya tersirat kata-kata yang penuh makna.

- Banyak berisi nilai estetika atau moral yang sangat mendidik.

-menggunakan kertas HVS sehingga tidak mudah robek.

-Di setai dengan gambar sehingga menambah ketertarikan pembaca.

Kekurangan Buku

- Bahasa yang digunakan susah dimengerti karena banyak menggunakan bahasa Melayu.

- Pemilihan kata-kata yang ada di dalam naskah kurang efektif.

- Tatanan kalimatnya tidak efektif.

-Gambar yang tertera tidak menggunakan warna

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Resensi Buku Layar Terkembang"